Indonesia Perkasa di Hari Kedelapan, Tak Gentar Dengar Tradisi Tuan Rumah Juara Umum SEA Games

Semakin mendekati penghujung SEA Games 2025 Thailand, kontingen Indonesia semakin tancap gas berburu emas. Hal ini terbukti dengan kabar gembira yang terdengar sejak selasa (16/12) pagi di mana cabang triathlon dan dayung mengawali panen emas hari ini.

Indonesia Perkasa di Hari Kedelapan, Tak Gentar Dengar Tradisi Tuan Rumah Juara Umum SEA Games Tim basket putra Indonesia diharapkan bisa memberikan prestasi terbaiknya di sisa tiga hari pertandingan SEA Games 2025 Thailand selesai. (foto:fajar/kemenpora.go.id)

Bangkok: Semakin mendekati penghujung SEA Games 2025 Thailand, kontingen Indonesia semakin tancap gas berburu emas. Hal ini terbukti dengan kabar gembira yang terdengar sejak selasa (16/12) pagi di mana cabang triathlon dan dayung mengawali panen emas hari ini. 

Setelahnya satu-persatu cerita indah hadir dari berbagai penjuru arena pertandingan di Bangkok dan Chonburi. Angkat besi, menembak dan catur menyusul memperkaya koleksi emas.

Rupanya para atlet terlecut mendengar pesan dari Menteri Pemuda dan Olahraga RI (Menpora) Erick Thohir yang menyampaikan  bahwa mereka tidak boleh lengah walaupun target emas harian secara konsisten terlampaui dari hari ke hari.

Motivasi para duta bangsa di bidang olahraga pun bertambah ketika Presiden RI Prabowo Subianto menjanjikan bonus Rp 1 Miliar untuk peraih emas, sebagai penghargaan atas perjuangan mereka. Karakter patriotik dengan fighting spirit tinggi mereka tunjukkan, sehingga tak ada rasa gentar sedikitpun ketika berhadapan dengan para lawan, termasuk pesaing dari Thailand.

Bukan rahasia lagi jika banyak yang mengatakan gelar juara umum SEA Games menjadi milik tuan rumah seakan sebuah tradisi. Teriakan suporter lokal yang melemahkan mental, fasilitas dan venue yang menunjang performa atlet tuan rumah, dukungan total pemerintah, keunggulan psikologis yang dirasakan atlet saat bertanding di hadapan para pendukungnya sendiri adalah beberapa alasan mengapa negara yang menggelar SEA Games sulit dijinakkan.

Catatan statistik juga memberikan data pendukung hipotesa ini. Dari 32 kali SEA Games digelar, 18 kali juara umum jatuh ke tangan negara tuan rumah. Lebih dari 50 persen kesempatan host mengakhiri ajang dua tahunan ini dengan bertengger di posisi puncak. 

Rajanya adalah Thailand dengan 6 kali memegang gelar juara umum saat menjadi tuan rumah di tahun 1959, 1967, 1975, 1985, 1995, dan 2007. Indonesia menyusul di urutan kedua. Empat kali menjadi tuan rumah sekaligus pengumpul emas terbanyak, yaitu di tahun 1979, 1987, 1997, dan 2011.

Sisanya Myanmar ketika masih bernama Burma, Malaysia, Vietnam dan Filipina masing-masing merasakan hal yang sama dua kali.

Melihat rekor ini, apakah para atlet kita menyerah dan maklum akan keberhasilan tuan rumah meraih sampai ratusan medali dan tak tergoyahkan di puncak medal tally? Tentu tidak. Mereka mengeluarkan lebih dari sekedar energi untuk bisa merapatkan jarak perolehan emas dengan para wakil negeri gajah putih. Tak ada rasa rendah diri, mereka yakin tekad persembahkan emas untuk masyarakat Indonesia jadi kekuatan.

Ketika berhasil mereka bangga, tapi ketika harus mengakui keunggulan atlet Thailand, mereka terima dengan sportif, sekaligus mengevaluasi diri bahwa masih ada ruang perbaikan yang harus dilakukan untuk membuat Indonesia jadi raja di pentas olahraga dunia.

“Saya benar-benar bangga melihat semangat juang para atlet kita. Tak ada sedikitpun rasa takut yang terlihat saat mereka harus berhadapan dengan atlet tuan rumah. Bahkan mental mereka juga tak goyah saat mendengar sorak-sorai dari suporter Thailand. Mereka tunjukkan bahwa atlet Indonesia adalah pejuang dengan fighting spirit tinggi dan terus fokus demi meraih medali tak peduli siapapun lawannya. Jadi kalau ada yang menyebut tuan rumah langganan juara, hal itu tak mempengaruhi nyali para atlet kita,” ujar Menpora Erick berikan dukungan.(put)

BAGIKAN :
PELAYANAN