Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI akan memfasilitasi dukungan kepada para peserta Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) untuk bisa berkontribusi pada daerahnya masing-masing selepas mengikuti program. Dalam hal ini, para peserta PPAN akan terus dipantau dan mendapatkan pendampingan setelah kembali ke Tanah Air.
Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI akan memfasilitasi dukungan kepada para peserta Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) untuk bisa berkontribusi pada daerahnya masing-masing selepas mengikuti program. Dalam hal ini, para peserta PPAN akan terus dipantau dan mendapatkan pendampingan setelah kembali ke Tanah Air.
Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Kepemudaan Global Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan Esa Sukmawijaya menerangkan, selain menonjolkan budaya Indonesia, program-program PPAN seperti Australia-Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) dan Ship for Southeast Asian-Japanese Youth Program (SSEAYP) akan dibekali dengan Post Programme Innovation (PPI).
Kata Asdep, penerapan PPI ini mengadopsi program Indonesia Selandia Baru untuk Generasi Muda Inspiratif (Inspirasi) yang merupakan kerja sama dengan Selandia Baru. Dalam program Inspirasi ini, Selandia Baru merekrut 10 pemuda wilayah timur Indonesia untuk belajar di negara tersebut selama setahun, kemudian kembali ke daerahnya masing-masing.
Ketika kembali ke daerahnya masing-masing, para pesertanya mendapatkan dukungan pendanaan dari Pemerintah Selandia Baru untuk menjalankan proyek sosial sebagai tindak lanjut dari program pelatihan yang telah diikuti selama setahun sebelumnya.
“Semua pendanaan dari Selandia Baru, yang sekarang programnya sudah masuk tahun ketujuh. Program ini penguatannya kepada proyek sosial project, proyek aksi setelah berjalannya program,” beber Asdep Esa seusai Courtesy Call AIYEP dan SSEAYP 2025 di Teater Wisma Kemenpora, Kamis (16/10) pagi.
“Nah kalau pola PPAN kita, baik AIYEP dan SSEAYP, sebenarnya juga ada program proyek sosial, tetapi masih butuh penguatan. Karena kita sebelumnya lebih cenderung pada diplomasi halus dalam konteks budaya,” imbuhnya.
Karena itu Asdep Pengembangan Kepemudaan Global Kemenpora RI ke depan akan membuat program senada dengan program Inspirasi dari Selandia Baru yang dinilai komprehensif dengan berbagai pendekatan yang digunakan. Misalnya program ini bukan hanya merekrut lulusan baru, melainkan juga pendiri dari komunitas yang telah aktif kegiatannya di masyarakat.
“Bahasa Inggris tidak menjadi kewajiban yang utama, yang penting mereka mau bicara, punya kegiatan komunitasnya. Misalnya masalah pemberdayaan pemuda, pemberdayaan disabilitas, pemberdayaan perempuan, atau perubahan iklim,” jelas Asdep Esa perihal program Inspirasi.
Menurut Asdep, pola program Inspirasi ini dipandang bagus untuk diterapkan dalam PPAN yang ada saat ini. Dalam hal ini Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan mendorong peserta PPAN untuk memiliki inovasi pemberdayaan masyarakat di daerahnya masing-masing setelah selesai menjalani program.
“Itu yang akan kami dorong setelah programnya selesai dalam bentuk yang lebih utuh. Jadi bukan sekadar pre-departure training (PDT), berangkat, lalu pulang ke Indonesia, setelah itu selesai, masing-masing jalan sendiri-sendiri, bukan seperti itu. Nantinya akan kami kondisikan, kita akan pantau,” terangnya.
PPI ini menurut Asdep Esa telah mulai dilakukan pada PPAN Singapore Indonesia Youth Leaders Exchange Programme (SIYLEP). Sebanyak 16 peserta SIYLEP yang telah kembali ke Indonesia saat ini tengah menjalankan PPI sesuai proyek mereka.
“Kami pantau, kita akan terus lakukan pendampingan dan dukungan kepada mereka melakukan proyek aksi. Untuk AIYEP dan SSEAYP juga akan kita lakukan, ada nominal yang akan kita alokasikan,” tegas Asdep. (luk)