Terima Dubes RI untuk Kazakhstan, Wamenpora Taufik Harap Ada Kerjasama Kolaboratif Bidang Olahraga dan Pemuda

Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Wamenpora RI) Taufik Hidayat, menerima audiensi Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Kazakhstan dan Tajikistan Fajroel Rachman di ruang kerjanya Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Kamis (20/11).

Terima Dubes RI untuk Kazakhstan, Wamenpora Taufik Harap Ada Kerjasama Kolaboratif Bidang Olahraga dan Pemuda Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Wamenpora RI) Taufik Hidayat, menerima audiensi Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Kazakhstan dan Tajikistan Fajroel Rachman di ruang kerjanya Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Kamis (20/11). (foto:bagus/kemenpora.go.id)

Jakarta: Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Wamenpora RI) Taufik Hidayat, menerima audiensi Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Kazakhstan dan Tajikistan Fajroel Rachman di ruang kerjanya Kantor Kemenpora, Senayan, Jakarta, Kamis (20/11). 

Dalam pertemuan ini Wamenpora Taufik menerima laporan dari Dubes Fajroel terkait perkembangan kerjasama di bidang keolahragaan dan kepemudaan antara Indonesia dan Kazakhstan.

"Terima kasih Pak Wamen atas waktunya. Kami disini intinya melaporkan arahan Bapak Wamen yaitu mengenai pengembangan kerjasama bidang olahraga dengan Kazakhstan, setidaknya dua cabor, yaitu bulutangkis dan pencak silat," ujar Fajroel. 

Ia menyampaikan terkait kerjasama dua negara atau MoU antara Kementerian Olahraga dan Pariwisata Kazakhstan dengan Kemenpora telah selesai dan hanya tinggal dilakukan penandatanganan.

"Kami laporkan berkaitan MoU antara Kementerian Sport and Tourism Kazakhstan dan Kemenpora titik akhirnya sudah final tinggal tandatangan. Kami menunggu arahan apakah kita ke sana atau Kazakhstan yang kesini," ujarnya.

Menurutnya, isi MoU itu setidaknya ada kerjasama dalam beberapa cabang olahraga. Tetapi lanjutnya, hanya dua cabor yang menjadi inti MoU yaitu bulutangkis dan pencak silat ditambah sepak bola. Dengan adanya MoU nantinya kedua negara akan bisa saling membantu.

"Saat ini kami mendorong seperti badminton dan silat ditambah sepak bola. Saat ini ada dua pelatih yang dikirimkan IPSI dan Kemenpora sudah satu bulan dan setidaknya sudah ada 4 ribu pesilat disana. Kalau silat, Kazakhstan sudah yang terbaik di daerah sana setidaknya dua tahun ini. Jadi, praktis silat di Kazakhstan sudah termasuk yang terbaik," imbuhnya.

"Kemudian bulutangkis juga sudah berkembang di 8 provinsi disana. Kazakhstan mengundang Pak Wamenpora selaku legenda bulutangkis dari Indonesia untuk hadir pada kejuaraan bulutangkis pada 17-21 Desember mendatang. Selain itu, mereka juga ingin adanya pertukaran pemuda, workshop dan sebagainya," pungkasnya. 

Beberapa tahun terakhir Kazakhstan memang mengharapkan bimbingan Indonesia di cabor bulutangkis. Pemerintah melalui Kemenpora juga telah berpartisipasi aktif dengan mengirimkan pelatih, atlet bulutangkis hingga sparing. Ditambah cabor lainnya seperti pencaksilat dan beberapa lainnya.

Kazakhstan sendiri adalah negara mayoritas Muslim. Negara ini secara konsisten berpartisipasi di Olimpiade. Meski sepak bola dan gulat menjadi olahraga paling populer di sana, cabor tinju dan atletik justru membawa nama harum Kazakhstan di panggung dunia. Salah satunya Kazakhstan pernah meraih medali emas di tinju Olimpiade Sydney 2000.

Mendengar laporan yang disampaikan, Wamenpora Taufik merasa senang dan bangga. Dirinya berharap cabor seperti pencak silat agar dapat lebih dimasifkan tidak hanya di Kazakhstan tetapi juga di negara-negara lain. Karena Presiden Prabowo berharap pencak silat dapat masuk dalam cabor olimpiade.

"Terima kasih pak, perkembangan ini nantinya akan kami laporkan dengan Pak Pak Menteri. Untuk agenda bulutangkis dan MoU nya disana nanti bisa dikoordinasikan lebih lanjut," tutur Wamenpora didampingi Kepala Biro Hukum & Biro Hukum dan Kerjasama Andry Mauella Ginting serta ⁠Tenaga Ahli Bidang Komunikasi Dino Prakoso.

"Kemudian terkait pencak silat, memang arahan Pak Presiden itu jelas agar bisa masuk olimpiade dan diikuti setidaknya 80 negara, untuk itu kita juga harus gencar dan menggunakan diplomasi para dubes agar lebih cepat dan efektif," pungkasnya. (ben)

BAGIKAN :
PELAYANAN