Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) turut berkontribusi dalam menciptakan ketangguhan menghadapi bencana melalui bidang kepemudaan. Dalam hal ini Kemenpora melakukan kolaborasi lintas sektor, sebagaimana terungkap pada Talkshow Kepeloporan dan Kesukarelawanan bertajuk “Anak Muda Siaga Hadapi Bencana” di Auditorium Wisma Kemenpora, Kamis (14/12) pagi.
Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) turut berkontribusi dalam menciptakan ketangguhan menghadapi bencana melalui bidang kepemudaan. Dalam hal ini Kemenpora melakukan kolaborasi lintas sektor, sebagaimana terungkap pada Talkshow Kepeloporan dan Kesukarelawanan bertajuk “Anak Muda Siaga Hadapi Bencana” di Auditorium Wisma Kemenpora, Kamis (14/12) pagi.
Merupakan bagian dari rangkaian kegiatan “Rembuk Warga: Bareng-Bareng Tangguh Bencana!” garapan Kemenpora, gelar wicara ini menghadirkan empat narasumber. Mereka adalah Staf Khusus (Stafsus) Bidang Kelembagaan Potensi Pemuda Kemenpora Venno Tetelepta, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Ahmad Fauzi Yunus, Penyuluh Sosial Ahli Madya Yustina Suhartiningsih, dan Deputy Project Director USAID KUAT Indonesia Victor Rembeth.
Dalam pemaparannya Stafsus Kemenpora Venno Tetelepta mengatakan, diperlukan kolaborasi lintas sektor dan pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya secara berkelanjutan. Karenanya Kemenpora sebagai leading sector kepemudaan, bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Indonesia Resilience (Ires) menginisiasi program bertajuk Collab Rangers.
“Kurang lebih collab rangers adalah semacam wadah kegiatan tapi memiliki bentuk-bentuk aksi yang fokus dan spesifik,” ujar Stafsus Venno.
Collab Rangers, jelasnya, adalah program pelatihan tersertifikasi yang melibatkan berbagai elemen kepemudaan seperti Pramuka, Karang Taruna, OKP, dan komunitas lainnya di akar rumput. Program ini secara optimal memberdayakan pemuda sebagai agen perubahan.
Disampaikan, kolaborasi ini sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pelayanan Kepemudaan. Collab Rangers sendiri merupakan perpaduan unit taktis relawan Kemenpora bersama Forum Kesiapsiagaan Pemuda Mengatasi Bencana dan Keadaan Darurat.
Lebih lanjut Stafsus menguraikan, Collab Rangers merupakan program pengembangan kesukarelawanan dan peningkatan kesiapsiagaan individu serta kelompok pemuda dalam mengatasi bencana dan keadaan darurat melalui serangkaian kegiatan. Meliputi pelatihan tersertifikasi, lokakarya, penggalangan dana, kursus singkat, aksi sosial dan edukasi masyarakat, perlombaan, dan juga penghargaan.
Menurut Stafsus Venno, partisipasi pemuda terlihat berperan lebih signifikan sebagai aktor utama pada fase prabencana ketimbang fase saat bencana dan pascabencana. Fase prabencana ini sangat memerlukan keterlibatan aktif pemuda Indonesia untuk melakukan edukasi, melatih, memotivasi, dan mengajak masyarakat memiliki kesiapsiagaan mengatasi bencana.
“Ruang peran ini masih banyak kosong, belum dapat dilakukan secara maksimal oleh Pemerintah atau swasta. Padahal sangat penting untuk mencegah korban, kerusakan, dan kerugian saat bencana,” papar Stafsus.
“Karenanya fase prabencana sebaiknya menjadi fokus pengembangan program kesukarelawanan pemuda,” sambung Stafsus Venno.
Narasumber kedua yaitu Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Ahmad Fauzi Yunus mengapresiasi gelar wicara yang digelar Kemenpora ini. Pasalnya kegiatan acara yang dihadiri para pemuda dari kalangan pelajar dan mahasiswa dari ekstrakurikuler dan unik kegiatan yang memiliki fokus pada ketangguhan bencana.
“Saya mengapresiasi apa yang dilakukan Kemenpora yang mengumpulkan para pemuda, untuk bersama-sama menumbuhkan kesadaran akan pentingnya ketangguhan menghadapi bencana. Karena pemuda memiliki peran penting dalam pengurangan risiko bencana di Indonesia,” tutur Fauzi.
“Hal ini tentunya menjadi peringatan untuk para pemuda supaya bisa ikut berperan dalam upaya-upaya penanganan bencana,” sambungnya.
Narasumber ketiga yaitu Penyuluh Sosial Ahli Madya Kementerian Sosial (Kemensos) RI Yustina Suhartiningsih memberikan materi strategi dan manajemen penanganan bencana di Indonesia. Dalam materi ini, salah satunya diterangkan peran Kementerian Sosial pada tiga fase bencana yaitu prabencana, saat terjadi bencana, dan juga pascabencana.
Yustina menyebut pemuda bisa ikut berperan pada ketiga fase tersebut, termasuk dalam perlindungan sosial korban bencana alam. Karenanya penting untuk meningkatkan jumlah sumber daya manusia (SDM) bencana alam yang memperoleh peningkatan kapasitas penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial, salah satunya dari kalangan pemuda.
“Maka saya mengajak kepada anak-anak muda Indonesia, peran apa yang bisa kalian berikan untuk negara, bangsa dan tanah air Indonesia,” sebut Yustina.
Sementara narasumber keempat Deputy Project Director USAID KUAT Indonesia Victor Rembeth menekankan bahwa permasalahan bencana adalah adalah urusan semua orang. Karena terjadinya bencana tidak bisa memilih korbannya, melainkan semua pihak ikut terkena imbasnya.
“Disaster is everyone business. Bencana adalah urusan semua orang, termasuk kaum pemuda. Dalam hal ini peran pemuda ada di mana-mana, karena pemuda juga termasuk dalam semua siklus bencana,” terang Victor.
“Karena itu kenalilah ancaman bencana di sekitarmu dan mulai beraksi saat ini juga,” tegas Victor sekaligus menutup acara. (luk)