Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) menggelar Talkshow Kepeloporan dan Kesukarelawanan, Kamis (14/12) pagi. Bertema “Anak Muda Siaga Hadapi Bencana”, acara ini membuka rangkaian kegiatan “Rembuk Pemuda: Bareng-Bareng Tangguh Bencana!” garapan Kemenpora.
Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) menggelar Talkshow Kepeloporan dan Kesukarelawanan, Kamis (14/12) pagi. Bertema “Anak Muda Siaga Hadapi Bencana”, acara ini membuka rangkaian kegiatan “Rembuk Pemuda: Bareng-Bareng Tangguh Bencana!” garapan Kemenpora.
Puluhan peserta menghadiri acara yang berlangsung di Auditorium Wisma Kemenpora ini. Terdiri dari kalangan pelajar SMA yang tergabung dalam PMR, Pramuka, dan Pencinta Alam, serta mahasiswa yang aktif di berbagai UKM yang memiliki fokus pada isu ketangguhan bencana.
Staf Ahli Bidang Inovasi Kepemudaan dan Keolahragaan Kemenpora Yohan yang membuka gelar wicara menuturkan, melihat kondisinya, Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi bencana. Baik bencana yang disebabkan faktor alam, nonalam, maupun faktor sosial yang menyebabkan timbulnya korban.
Catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2020 mengungkap, lebih dari 24 ribu bencana terjadi di Indonesia dalam dua dekade terakhir. Dengan total korban meninggal mencapai 188.854 jiwa.
“Secara bersamaan, 254 juta jiwa penduduk mempunyai risiko tinggi terkena bencana. Melalui valuasi ekonomi, ternyata potensi kerugian secara fisik diperkirakan mencapai Rp670 triliun dan kerugian ekonomi diperkirakan mencapai Rp481 triliun,” urai Staf Ahli dalam sambutannya.
Karena itu, perlu dilakukan pengelolaan bencana secara baik dan serius. Khususnya dalam upaya mengurangi terjadinya risiko bencana secara menyeluruh di Indonesia. Hal itulah yang salah satunya mendasari digelar acara ini.
“Kita juga perlu membekali baik secara individu maupun kelompok kemampuan resiliensi atau ketangguhan terhadap bencana. Resiliensi dapat diartikan sebagai kemampuan individu, komunitas, unit sosial, atau organisasi yang mampu untuk mengadopsi, melakukan perbaikan terhadap kondisi bencana,” terang Staf Ahli Yohan.
“Kemampuan resiliensi ini menjadi kunci keberhasilan tindakan yang akan diambil ketika bencana itu datang berdasarkan pengetahuan atau pengalaman,” sambung Staf Ahli.
Menurut Staf Ahli Yohan, gelar wicara ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan dan kapasitas organisasi atau komunitas kepemudaan untuk melakukan berbagai langkah preventif dalam menghadapi bencana. Harapannya pascakegiatan dapat dibangun forum komunikasi pemuda tanggap bencana untuk meningkatkan peran pemuda dalam melakukan tindakan preventif dalam menghadapi bencana.
“Di antaranya pengetahuan pemuda dan organisasi atau komunitas terkait isu kebencanaan di Indonesia dapat ditingkatkan,” tegas Yohan.
Dengan menggandeng Indonesia Resilience (Ires) dan BNPB, gelar wicara ini menghadirkan empat narasumber yang kompeten di bidangnya. Mereka adalah Staf Khusus (Stafsus) Bidang Kelembagaan Potensi Pemuda Kemenpora Venno Tetelepta, Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Ahmad Fauzi Yunus, Penyuluh Sosial Ahli Madya Yustina Suhartiningsih, dan Deputy Project Director USAID KUAT Indonesia Victor Rembeth. (luk)