Phnom Penh: Tim basket kursi roda putra telah berjuang maksimal sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik bagi Merah Putih. Meski demikian, dominasi tim Malaysia tak mampu dibendung I Komang Suparta dkk pada laga perebutan medali perunggu di nomor putra 5x5.
Phnom Penh: Tim basket kursi roda putra telah berjuang maksimal sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik bagi Merah Putih. Meski demikian, dominasi tim Malaysia tak mampu dibendung I Komang Suparta dkk pada laga perebutan medali perunggu di nomor putra 5x5.
Tim basket putra kursi roda Indonesia harus mengakui penampilan Malaysia yang mendominasi di nomor 5x5 putra dengan skor 74-40. Pelatih kepala basket kursi roda Fajar Brilianto, tetap memberikan apresiasi tingginya kepada perjuangan I Komang Suparta dkk.
"Saya tetap memberikan apresiasi kepada tim basket kita, meski untuk hasil hari ini memang meleset dari target awal yang dicanangkan, yakni medali perunggu," kata Fajar Brilianto usai pertandingan di Elephant Hall 2, Marodok Techo National Stadium, Phnom Penh, Kamboja, Rabu (7/6).
Menurut Fajar, hasil pertandingan vs Malaysia menjadi bahan evaluasi dan pengalaman agar mampu bermain lebih baik dimasa depan.
"Ini menjadi bahan evaluasi kita. Untuk jam terbang anak-anak ini memang sangat kurang sekali. Tanpa try out dan jam terbang yang minim kita tidak siap dengan game-game yang cepat dengan butuh mental yang kuat," jelasnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi mental tim basket kursi roda putra menjadi sebab mereka tak mampu bermain maksimal. Terlebih Asean Para Games ke-12 ini menjadi debut mereka.
"Mereka mungkin bermain hanya 70% dari kemampuan mereka tidak bisa seratus persen. Jadi masih terpengaruh gangguan-gangguan dari faktor eksternalnya masih mempengaruhi mentalitas anak-anak ini," urainya.
Untuk diketahui bahwa Asean Para Games di Kamboja ini menjadi even internasional pertama yang mereka ikuti, jadi memang sangat mempengaruhi kondisi bermainnya masih jauh dari kemampuan utama yang mereka miliki. Kedepan yang menjadi fokus evaluasi kita adalah harus lebih banyak jam terbang anak-anak terutama even-even internasional.
"Tim ini merupakan tim di APG Solo sebelumnya tapi kita kehilangan dua pilar jadi sedikit mengganggu keseimbangan tim. Nesa dan Idrus, mereka juga tidak bisa berangkat," pungkasnya. (ben)