Demi mewujudkan generasi muda unggul dan berkualitas menuju Indonesia Emas 2045, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) memiliki kepedulian dan perhatian serius dalam menekan tingginya generasi muda terhadap konsumsi rokok.
Sentul: Demi mewujudkan generasi muda unggul dan berkualitas menuju Indonesia Emas 2045, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) memiliki kepedulian dan perhatian serius dalam menekan tingginya generasi muda terhadap konsumsi rokok.
Kepedulian dan perhatian tersebut diaplikasikan dalam forum Rembuk Pembangunan Pemuda 2025 yang mengambil tema "Adaptasi AI dan Suara Orang Muda dalam Penguatan Pengendalian Konsumsi Rokok" di Hotel Bigland, Sentul, Bogor, Rabu (23/7) pagi.
Acara rembuk sendiri dibuka langsung oleh Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan, Yohan secara daring dan diikuti oleh seluruh peserta yang hadir langsung di lokasi acara. Ikut hadir juga Asisten Deputi Bina Kepemudaan Pusat dan Daerah, Andi Susanto.
Pada acara pembukaan, Deputi Yohan menyampaikan pemuda adalah fondasi dari cita-cita besar Indonesia Emas 2045. Dengan energi, kreativitas, dan semangat inovatif yang tinggi, pemuda memainkan peran penting dalam membawa perubahan yang progresif.
Namun menurutnya, potensi besar ini juga menghadapi tantangan serius, salah satunya adalah tingginya angka konsumsi rokok di kalangan pemuda.
"Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mencatat bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4% di antaranya perokok anak usia 10–18 tahun atau mencapai 5,18 juta jiwa, dan prevalensi perokok muda usia 15–24 tahun masih di atas 23%. Ini bukan hanya soal kebiasaan, tetapi persoalan masa depan," kata Yohan.
Menurut Yohan, nikotin sebagai zat adiktif secara langsung merusak kesehatan, melemahkan konsentrasi, dan pada akhirnya memengaruhi produktivitas dan kepemimpinan generasi muda Indonesia.
Fenomena ini diperparah oleh strategi pemasaran industri rokok yang secara masif menyasar pemuda melalui media sosial, narasi gaya hidup, dan citra kebebasan. Penelitian GYTS 2024 bahkan menunjukkan peningkatan iklan rokok di media sosial dari 1,9% (2011) menjadi 21,4% (2021).
"Ruang hidup dan tumbuh anak muda kini dipenuhi dengan pesan-pesan yang membungkus bahaya dalam kemasan rokok yang memikat," ujar Yohan.
Yohan mengatakan kegiatan Rembuk Pembangunan Pemuda 2025 menjadi langkah strategis yang penting. Tidak hanya sebagai forum edukasi, tetapi juga sebagai ruang pertemuan gagasan, inovasi, dan kolaborasi lintas generasi dan sektor. "Isu pengendalian konsumsi rokok kini bukan lagi sekadar domain kesehatan, tetapi telah menjadi isu pembangunan pemuda yang menyangkut perlindungan generasi bangsa," tambahnya.
Kegiatan rembuk pemuda yang dilakukan Kemenpora ini bagian dari menjalankan arahan Presiden Republik Indonesia dalam yang menegaskan pentingnya pembangunan sumber daya manusia sebagai prioritas nasional. "Dalam Asta Cita ke-4 secara eksplisit disebutkan perlunya memperkuat peran pemuda dan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan manusia Indonesia yang unggul," katanya.
Sejalan dengan itu, Kemenpora menempatkan penurunan prevalensi merokok di kalangan pemuda sebagai salah satu indikator penting dalam Indeks Pembangunan Pemuda (IPP). Karena hanya dengan pemuda yang sehat secara fisik dan mental, maka kualitas partisipasi, kepemimpinan, dan kontribusi mereka dalam pembangunan bisa dioptimalkan.
"Indeks IPP adalah indikator komprehensif yang mengukur kualitas hidup dan tingkat partisipasi pemuda di berbagai dimens. IPP menggambarkan kondisi pemuda Indonesia yang memiliki kapasitas individu yang berkualitas agar dapat memiliki penghidupan dari pekerjaan yang layak, sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan yang dalam prosesnya melibatkan seluruh pemuda secara inklusif dan setara," tutur Yohan.
Deputi Yohan juga mengatakan kehadiran teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dalam forum ini juga merupakan wujud adaptasi strategis. Menurutnya, AI bukan sekadar tren, tetapi bisa menjadi alat penting dalam pengawasan, edukasi berbasis data, serta memperluas jangkauan kampanye pengendalian konsumsi rokok dengan cara yang lebih personal dan kontekstual.
"Kita berharap, dari forum ini akan lahir praktik baik, strategi konkret, dan ekosistem yang lebih kuat dalam mengendalikan konsumsi rokok di kalangan pemuda. Lebih dari itu, diharapkan forum ini dapat melahirkan roadmap program tindak lanjut, termasuk pelatihan mandiri dan penguatan kapasitas pemuda, yang akan memajukan gerakan ini secara sistemik," harap Deputi Yohan. (amr)