Penasihat DWP Kemenpora Dukung Home Industry Desa Pitue dan Desa Rammang-Rammang

Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Pemuda dan Olahraga (DWP Kemenpora), Nadiah Zainudin Amali didampingi Ketua DWP Kemenppra Sri Yulianti Jonni Mardizal dan pengurus DWP Kemenpora lainnya mengunjungi beberapa tempat pusat pengolahan produk unggulan desa di Desa Pitue Kecamatan Ma'rang, dan Desa Ramang-Ramang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

Penasihat DWP Kemenpora Dukung Home Industry Desa Pitue dan Desa Rammang-Rammang Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Pemuda dan Olahraga (DWP Kemenpora), Nadiah Zainudin Amali didampingi Ketua DWP Kemenppra Sri Yulianti Jonni Mardizal dan pengurus DWP Kemenpora lainnya mengunjungi beberapa tempat pusat pengolahan produk unggulan desa di Desa Pitue Kecamatan Ma'rang, dan Desa Ramang-Ramang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.(foto:putra/kemenpora.go.id)

Pangkep: Penasihat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Pemuda dan Olahraga (DWP Kemenpora), Nadiah Zainudin Amali didampingi Ketua DWP Kemenppra Sri Yulianti Jonni Mardizal dan pengurus DWP Kemenpora lainnya mengunjungi beberapa tempat pusat pengolahan produk unggulan desa di Desa Pitue Kecamatan Ma'rang, dan Desa Ramang-Ramang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

"Bagus-bagus sekali produknya, saya bangga dan senang ya melihatnya. Ini penjualannya ada lewat online kan, karena bisa langsung ditawarkan ke seluruh Indonesia," kata Penasihat DWP Kemenpora Nadiah Amali didampingi Asdep Peningkatan Iptek dan Imtaq Pemuda, Amar Ahmad, Jumat (16/9).

Di Desa Pitue ini, Nadiah Amali bersama rombongan disuguhkan produk hasil kerajinan tangan masyarakat khususnya dari ibu-ibu rumah tangga. Bahan utama kerajinan tangan itu berasal dari rotan dan bambu. 

"Dulu awalnya kerajinan dari bambu ibu, tetapi seiring waktu timbul inovasi yang berbahan baku dari rotan dengan kreatifannya ibu-ibu ini sehingga menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai jual," kata Kepala Desa Pitue M. Nasrul. 

"Dulu membuat keranjang ikan, tempat ayam mengerami telur. Juga diberikan pelatihan dari Dekranasda, oleh PKK Kabupaten sehingga diajari sesuatu sehingga lebih berharga lagi seperti pot bunga, lampion, tudung saji dan sebagainya. Saya sendiri bangga karena mereka mampu menciptakan yang tidak ada disini," tambahnya.

Kelompok berbasis usaha rumah tangga ini cukup sukses dalam produksi olahan hasil-hasil laut dan pesisir. Produknya dikemas secara modern dan telah memiliki izin Pangan Industri dan Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan dan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Produk mereka memanfaatkan potensi lokal sebagai daerah pesisir, seperti kepiting, ikan bandeng, rumput laut dan beberapa jenis mangrove. Nama produknya pun dibuat menggunakan bahasa lokal dicampur Bahasa Inggris, sehingga terdengar unik dan lucu, seperti Puang Crab, yang ternyata kerupuk berbahan kepiting. Puang sendiri merujuk pada panggilan bagi bangsawan atau orang yang dituakan dan dihormati dalam masyarakat Bugis.

Ada juga produk yang dinamakan Arung Bolu terdiri dari produk-produk berbahan dasar ikan bandeng. Arung berarti bangsawan sedangkan bolu berarti ikan bandeng. Jenis produknya antara lain Kacang Bandeng Kriuk dan Kerupuk Keriting Bandeng. Ada juga produk yang dinamai Bang Ambo Bolu, berupa stikikan Bandeng, snack Mona Ikan Bandeng, abon dari ikan bandeng, dan ikan bandeng presto dan sebagainya.

Sementara, saat mengunjungi produk ekonomi kreatif buatan masyarakat Maros, rombongan DWP Kemenpora harus menggunakan perahu sampan menyusuri sungai selama 45 menit dengan pemandangan alam berupa pegunungan dengan benatuan karst yang memukau.

Setibanya disana, Nadiah Amali diperlihatkan aneka kerajinan anyaman dari daun nipah, produk fesyen payet, atau produk kuliner khasnya, seperti abon telur, ikan kambu, dan ikan bandeng presto.(ben)

BAGIKAN :
PELAYANAN